Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Oleh : Risman Laiya (CGP Angkatan 5)
Fasilitator : Almen Hutagalung
Pengajar Praktik : Ridwan Djabar
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yakni ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan tutwuri handayani memiliki kaitan erat dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ing ngarso sung tulodo memiliki arti di depan menjadi teladan. Seorang pemimpin ketika mengambil sebuah keputusan maka harus tercermin keteladanan baik untuk sesama rekan guru maupun untuk peserta didik. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang bijaksana yang berpihak pada peserta didik, mengandung nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab.
Ing madya mangun karsa memiliki arti di tengah memberi semangat. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin sebaiknya menjadi motivasi atau semangat bagi rekan guru maupun peserta didik. Sejauh mungkin dalam keputusan yang diambil tidak merendahkan, membunuh karakter, menunjukan jabatan, ataupun hal lain yang bernada negatif. Keputusan yang diambil harus mengandung nilai-nilai kebajikan universal.
Tut Wuri Handayani mengandung arti di belakang memberi dorongan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin adalah keputusan yang menjadi dorongan bagi peserta didik atau rekan guru untuk mengenali dan mengembangkan potensinya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebuah keputusan menggambarkan bagaimana cara kita berfikir dan nilai-nilai yang kita anut dan yakini. Seorang yang dalam dirinya terkandung nilai-nilai kebajikan universal maka akan lahir keputusan yang baik. Keputusan yang tak mengenal ras dan agama. 3 prinsip yang bisa dipakai dalam pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan yang diberikan oleh fasilitator, instruktur, dan pendamping sangat bermanfaat dan sangat membantu. Selalu memberikan dorongan dan motivasi agar saya bisa mengembangkan potensi khususnya dalam pengambilan keputusan yang efektif. Coaching yang telah kami pelajari pada materi sebelumnya sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Dengan keterampilan coaching, saya dapat mempertimbangkan keputusan yang harus diambil. Sembilan langkah pengujian pengambilan keputusan sangat membantu dalam mengevaluasi keputusan yang diambil. Saya bisa mengetahui apakah keputusan yang diambil sudah berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan universal, dan apakah saya bisa mempertanggungjawabkannya kelak.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan keterampilan sosial emosional yang baik. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika sebagai pemimpin pembelajaran. Guru yang memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi akan melahirkan keputusan yang bertanggungjawab. Kesadaran penuh seorang guru akan berdampak besar terhadap setiap keputusan yang diambilnya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pendidik memiliki nilai-nilai dan prinsip yang dianut dan diyakininya. Nilai dan prinsip ini diperolehnya dari proses pendidikan, pengalaman, maupun lingkungannya. Nilai dan prinsip yang yakininya tersebut akan tercermin pada setiap perilaku, tindakan, perkataan, pikiran, dan keputusan yang ia ambil. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pendidik dalam membahas atau menyelesaikan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika maka akan diselesaikan dengan mengacu pada nilai dan prinsip yang diyakininya.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang kita ambil pasti akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Sebagai pemimpin pembelajaran, peserta didik dan rekan kerja adalah lingkungan terdekat yang lebih dulu akan merasakannya. Keputusan yang tepat lahir dari kesadaran penuh, menerapkan 4 paradigma, 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengujian keputusan. Keputusan itu dipastikan akan mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan persepsi dan cara berfikir. Kita sadari bahwa sebuah keputusan tidak akan memuaskan semua pihak. Pasti akan lahir pro-kontra dari setiap keputusan yang diambil. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yaitu Individu lawan kelompok (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Olehnya, segala hal yang menyangkut pengambilan keputusan yang bertanggungjawab wajib dipahami oleh setiap individu di lingkungan kita. Komitmen dan kolaborasi adalah kunci dari sebuah pengambilan keputusan.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan berpengaruh pada peserta didik. Keputusan yang diambil haruslah berpusat pada peserta didik untuk memberikan mereka ruang untuk berekspresi sesuai dengan potensinya atau kondratnya seperti filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Keselamatan dan kebahagian peserta didik adalah tujuan akhir dari sebuah pendidikan. Olehnya, seorang pendidikan harus mampu memutuskan strategi, model, dan motode pembelajaran yang tepat untuk anak didiknya. Untuk mengapresiasi potensi anak didik kita yang beda-beda, kita bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi yang akan diterapkan harus mempertimbangkan aspek kebutuhan belajar murid yakni kesiapan belajar, minat, dan profil belajar.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keselamatan dan kebahagian peserta didik adalah tujuan pendidikan. Hal yang dilakukan oleh anak didik saat ini adalah investasi untuk masa depannya. Apakah yang saat ini kita lakukan sudah membantu investasi anak didik kita untuk masa depannya? Semua tergantung dari keputusan yang kita ambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Keputusan yang kita pilih akan tercermin pada desain pembelajaran sebagai pengalaman belajar yang akan mereka lakoni dalam kelas. Pengalaman belajar yang mereka jalani didesain berpusat pada murid, menggali potensi diri, menguatkan budaya positif, dan dilatih mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pendidik sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang bijak akan mempertimbangkan banyak hal karena berhubungan dengan masa depan peserta didik. Pendidik mengambil keputusan dengan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berelasi agar keputusannya bertanggungjawab. Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam mendesain pembelajaran berdiferensiasi yang berpusat pada murid dan kodratnya. Pembelajaran sebagai pengalaman belajar didesain untuk mengembangkan budaya positif dan keterampilan sosial emosional. Keterampilan coching dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
- Dilema etika merupakan suatu kondisi dimana kita dihadapkan pada keadaan harus memilih satu keputusan dari dua keputusan yang sama-sama benar namun nilainya saling bertentangan. Bujukan moral adalah kondisi dimana kita harus membuat keputusan benar atau salah
- Paradigma pengambilan keputusan adalah kondisi yang dihadapi saat situasi dilema etika. 4 paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yaitu Individu lawan kelompok (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
- Dalam pengambilan keputusan dilema etika bisa menggunakan 3 prinsip yaitu berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli.
- 9 sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai pemandu untuk mengetahui apakah situasi yang dihadapi adalah dilema etika atau bujukan moral. 9 langkah itu adalah mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan, dan lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya pernah terlibat pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema. Saat itu, nilai dan prinsip yang saya anut masih jauh dan berbeda dengan yang saya pelajari pada modul ini. Jika saya refleksikan kembali keputusan itu, saya akan mengubahnya dengan keputusan lain.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Saya merasakan perubahan besar dalam diri khususnya dalam pengambilan keputusan. Sebelum mengikuti pembelajaran modul ini, keputusan yang saya ambil berdasarkan pikiran saya sendiri tanpa banyak pertimbangan. Namun, setelah mempelajari modul ini, nilai dan prinsip dalam diri semakin bertambah. Saya bisa membedakan mana situasi dilema etika dan bujukan moral.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Topik dalam modul ini sangat penting bagi saya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin, khususnya pemimpin pembelajaran. Modul ini menambah pengalaman saya tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan universal. Saya belajar mengenai dasar pengambilan keputusan, prinsip pengambilan keputusan, paradigma dilema etika, dan pengujian keputusan. Semua itu sangat membantu dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Modul ini juga memberi saya kesempatan untuk belajar dari beberapa pemimpin satuan pendidikan tentang pengalamannya mengambil keputusan.
Semangat pak. Semoga sukses. Penyajian artikel pendidikannya sangat menarik. Sehingga saya merasa mendapat wawasan baru.
BalasHapus